Sadrah
Setelah jarak memisahkan begitu lama. Setelah kepasrahan yang merangkul bersama janji yang ku peluk erat. Kini
kabarmu tak lagi terdengar. Menjadi ketakutan ketika aku duduk di sini sembari
menunggumu yang tak kunjung datang. Ku rasa kau tau di mana aku duduk
menunggumu atau mungkin kau yang tak ingin beranjak menghampiri tempatku
berdiam.
Setelah kata yang kita bagi waktu itu untuk menjadi pemisah, kurasa tak ada lagi namaku ketika kau ingin tidur. Beberapa kali aku mencoba untuk mencari-cari namun hal yang ku tau kau tak ingin diganggu. Aku sengaja membiarkan, memberi sedikit ruang pada diri ini untuk diisi dengan harapan. Tidak banyak. Hanya untuk berjumpa lalu mengucapkan selamat tinggal saja.
Setelah kata yang kita bagi waktu itu untuk menjadi pemisah, kurasa tak ada lagi namaku ketika kau ingin tidur. Beberapa kali aku mencoba untuk mencari-cari namun hal yang ku tau kau tak ingin diganggu. Aku sengaja membiarkan, memberi sedikit ruang pada diri ini untuk diisi dengan harapan. Tidak banyak. Hanya untuk berjumpa lalu mengucapkan selamat tinggal saja.
Setelah tatap mata yang tersembunyi isak tangis waktu itu, kurasa kau dan aku melihat dunia tak lagi sama. Terlalu berhati-hati membuat dirimu tersiksa, terlebih aku yang harus mengerti atau mungkin menerima sesuatu yang aku tak tau. Dengan lugu aku menerima keputusanmu.
Setelah kita beranjak dari tempat kita berdiri waktu itu, kurasa kini tempat yang menjadi pijakan terakhir kita sudah tak pernah kau tapak lagi. Aku juga begitu. Aku tak ingin mengganggu bekas tapak yang kemarin menjadi tapak peristirahatan hatimu.
Ku yakin kau membaca ini.
Silahkan nikmati tulisan ini. Kurasa kau mengerti maksudku.
Silahkan berasumsi, sementara aku bernostalgia.
Silahkan mencari lagi, sementara aku akan menunggu entah berapa
lama.
Komentar
Posting Komentar